Old posts

Headshot, Film Action Lokal Penuh Darah dan Bloopers

Saya menonton film ini sekitar seminggu yang lalu. Buat saya yang sangat menyukai bela diri, film ini tidak bisa saya lewatkan. Diluar kualitas adegan laga yang membabibuta, saya juga menemukan banyak bloopers yang bikin kepikiran. (Warning: Spoilers ahead)

Wow, saya sangat nggak sabar untuk menunda-nunda bercerita dalam artikel ini. Jadi sebelum lanjut ke bocoran-bocoran di Headshot, boleh donk manteman klik disini dulu untuk langganan email newsletter dari kami, supaya kami bisa dengan mudah mengirim info terbaru ke email inbox manteman.

Beberapa orang mungkin tidak nyaman menonton film macam ini, karena kekerasan dan adegan sadis yang diperlihatkan secara gamblang. Tapi yang membuat saya menyukai film macam ini adalah bagaimana sutradara dan art director mengemas plot cerita dan bela diri menjadi suatu yang bukan cuma mentok di kekerasan tapi memukau penontonnya.

Saya mengutip dari IMDb plot cerita film ini

“Uwais plays a young man who washes ashore, an amnesiac with a serious head injury whose past comes back to haunt him shortly after being nursed back to health by a young doctor. Violence ensues. Sweet, sweet violence.“

Secara plot menurut saya tidak ada yang terlalu berbeda dari film yang Iko Uwais mainkan sebelumnya. Antagonis dari film ini masih berkisar pada kriminalitas bawah tanah seperti pengedar obat-obatan terlarang dan penyelundupan senjata. Dan Iko Uwais menjadi orang satu-satunya yang menghabisi seluruuuh pemeran antagonis.

Dari adegan perkelahiannya, Pada film ini tidak banyak adegan perkelahian dengan tangan kosong, dan lebih banyak menggunakan baku tembak senjata api atau dengan senjata tajam. Bila dibandingkan dengan “The Raid 1″ yang lebih menonjolkan baku hantam yang masih terasa mentah, sadis, dan mengalir, “Headshot” lebih menonjolkan baku hantam yang juga sadis, tapi tak terkontrol dan destruktif. Satu-satunya adegan perkelahian yang banyak menggunakan tangan kosong adalah adegan perkelahian terakhir antara Ismail (Iko Uwais) dengan Mr. Lee (Sunny Pang), itu pun menurut saya kurang greget.

Untuk pemeran dan karakter dalam film ini, Saya agak menyayangkan pemeran utama laki-laki (Iko Uwais) dan perempuan (Chelsea Islan) tampak canggung saat berakting. Menurut saya Iko Uwais adalah pelaku bela diri yang luar biasa, tapi untuk akting kayanya memang bukan kekuatannya. Sedangkan Chelsea Islan, entahlah memang karakternya demikian atau akting Chelsea yang agak canggung di film ini, saya tidak tahu. Dan kalau saya boleh jujur, pemeran pembantu film ini berakting lebih ‘alami’ dibandingkan kedua pemeran utama.

David Hendrawan sebagai Tejo adalah karakter yang paling berkesan buat saya, dia benar-benar menggambarkan seseorang yang sudah kehilangan akal sehat, sadis dan membabibuta saat membunuh. Bahkan sampai di adegan ia dikalahkan oleh Ismail, saya melihat konsistensi David menggambarkan Tejo yang tidak punya “emosi” atau rasa takut sama sekali.

alt text

“The one who act well, finish first (T T)”

Dibandingkan adegan yang membuat saya terkesan, adegan-adegan yang melekat di otak saya adalah adegan yang seharusnya keren tapi membuat saya tertawa.

Ada adegan Ismali (Iko Uwais) diserang oleh anak buah Mr.Lee ketika ia dalam ruang investigasi polisi. Tapi sebelum ia keluar dari ruangan itu, ada anak buah Mr.Lee melemparkan granat. Logis saya kalau kalau memang granat tersebut untuk membunuh Ismail, maka kekuatannya bisa menghancurkan semua benda yang dapat melindungi manusia. Dan yang terjadi adalah, Ismail berlindung dibelakang meja kayu, granat meledak dan ismal keluar dengan selamat. Saya harus dapatkan meja kayu anti granat itu.

Pada adegan perkelahian antara Ismail (Iko Uwais) dan Besi (Very Tri Yulisman) saya sangat mengagumi kacamata yang dipakai Besi. Kaca mata Besi bahkan tidak bergeser sedikit pun pada saat melemparkan pukulan atau menendang di awal adegan perkelahian (yang mana sangat tidak mungkin terjadi). Tentu saja saya menemukan bahwa ia menggunakan tali penahan kacamata, saat perkelahian antara keduanya memanas. Tapi masalahnya saya tidak belihat tali tersebut pada saat mereka berdialog. Jadi kapankah ia sempat memasang tali penahan tersebut?.

alt text

“Not exactly the scene, but you can see his glasses strap well here”

Keasyikan nonton film macam ini adalah adegan berkelahi yang realistis, dimana mungkin ada luka, tulang patah atau minimal lebam. Sayangnya Adegan perkelahian antara Rika (Julia Estelle) dan Ismail (Iko Uwais) merusak keasyikan tersebut. Agak mengganggu buat saya ketika Julia Estelle tetap cantik tanpa lebam atau luka yang sangat minimal di tubuhnya padahal ia berkelahi habis-habisan dengan ismail. Luka tusuk diperutnya pun tidak terlihat karena ia menggunakan baju hitam.

alt text

“Her worst state, after all the fights”

Di luar akting Chelsea Islan yang menurut saya canggung, ada satu adegan Ailin (Chelsea Islan) yang menurut saya absurd. Pada adegan Ailin harus membela diri dan melindungi seorang sandera anak-anak dengan menembak anak buah Mr.Lee, dia sempat tidak berhasil menembak karena senjata terkunci. Sandera anak itulah yang membantunya membuka kunci senjata tersebut. Tapi anehnya saat mereka berdua akan keluar sel, Ailin mampu mengokang senjata dengan baik. Hmmm, tampaknya ada yang salah dengan urutan belajar menembak Ailin.

alt text

“She load the gun and pull the trigger well, she just don’t know how to unlock the gun”

Saya tidak terlalu kecewa dengan “Headshot”. Mungkin karena dari awal saya tidak berekspetasi film ini lebih bagus dari “Merantau” atau “The Raid” baik dari sisi cerita maupun adegan perkelahian. Tapi dengan masih jarangnya film sejenis ini di Indonesia, film ini cukup oke lah. 

Film seperti ini lebih cocok ditonton bareng teman-teman dibandingkan dengan keluarga atau pasangan. Saya pribadi tidak menyarankan film ini ditonton oleh anak-anak, bahkan dengan pengawasan orangtuanya. Jikapun bila ingin nonton bareng pacara atau gebetan, pastikan pasangan kalian (atau malah kalian) bukan orang yang mudah muntah lihat darah atau shock melihat adegan perkelahian yang sadis. Kalian nggak mau kan pasangan kalian (atau kalian sendiri) berada dalam keadaan shock selama sisa kencan kalian. Supaya nggak kejadian, langganan newsletter Inspirazzleselama sisa kencan kalian. Supaya nggak kejadian, langganan newsletter Inspirazzle juga ya manteman jadi bocoran-bocoran seperti ini bisa langsung muncul di email manteman.

Ditunggu juga comment nya ya. Karena commenting is caring.


By Arianne. A big fan of martial arts. Doing Tae Kwon Do for around 13 years and try MMA for 3 months. love martial arts as a sport and way of life, not a tools for fight :D. Check out my Instagram.


Baca juga:


Disclaimer: Artikel ini tidak disponsori oleh pihak manapun. Penulis tidak menerima permintaan, penawaran, bayaran atau service/jasa yang brand nya direview didalam artikel ini. Seluruh isi artikel ini adalah pendapat pribadi penulis.