Opinion

Pasangan Adalah Aset Investasi. Setuju?

Katanya, carilah pasangan yang bisa jadi investasi yang bagus. Dulu sih saya setuju aja. Tapi sekarang, nggak terlalu lagi. Karena begini nih.

Beberapa waktu lalu saya nggak sengaja kesedot kesalah satu twitwor (atau twit comedy, karena lucu banget) yang lumayan membuka wacana. Awalnya karena ada 3 seleb twit yang saya follow yang nyamber di twitwor ini.

Twitwor tentang apa sih? Tentang perempuan adalah aset sebagaimana halnya saham. Twewww…

Oke, jadi ceritanya ada mas-mas yang (((CERITANYA))) komplen tentang para istri yang hobi bagi foto-foto sensual di socmed untuk kenikmatan mata kaum pria selain suaminya. Saya ga mau ngomong banyak mengenai ini, karena pada dasarnya setiap orang punya pendapat dan batasan masing-masing mengenai hal ini.

Nah, lalu si Mas ini melanjutkan bahwa pria itu harus menjaga istrinya karena:

  1. Menurut Mas ini, Istri adalah aset yang dimiliki oleh suaminya dan harus dijaga.
  2. Kok bisa istri dimiliki sama suaminya itu gimana ceritanya? karena para suami sudah membeli istri dengan mas kawin.
  3. Si Mas nya bilang, istri itu seperti saham, nilainya naik terus. Kalau istri sebar-sebar foto dan dinikmati laki-laki lain, itu seperti kita yang beli saham tapi orang lain yang menikmati keuntungannya. (Ng, basically pihak yang pertama menikmati keuntungan dari nilai saham itu ya perusahaan yang sahamnya kita beli, dan bukan kita sendiri. Tapi marilah nggak usah terlalu banyak memikirkan hal ini).
  4. Bahwasanya, sebagai aset, istri nggak boleh rusak (maksudnya si mas ini rusak karena foto nya diliat cowok lain di sosmed) karena value (saya akan pakai istilah value sesuai dengan istilah yang si Mas pakai, dan akan berguna buat nanti) nya akan turun.

Jeng jeng

Asli saya ketawa-ketawa guling-guling di tempat tidur (nggak mau ah guling-guling di lantai. Keras!) ngebaca twitwor ini.

Karenaaa isi twitwor nya justru jadi seperti lagi belajar ekonomi atau investasi. Lagi-lagi, walau saya 1000% menolak pendiriannya si Mas ini, saya nggak mau ngebahas keyakinannya si Mas ini, karena bebas kalau dia punya pendirian seperti itu, mungkin istrinyapun sepaham sama dia. Hehe. Dan sejujurnya saya banyak kok nemuin quote di internet yang berbunyi

Carilah pasangan yang bisa jadi investasi yang bagus

Sama aja toh.

Nah, saya jadi ingin membahas bahwa pacar/laki-laki/perempuan/suami/istri sama sekali bukanlah aset. Kenapa?

Apa sih aset?

Aset adalah benda yang berhubungan dengan nilai. Jaman dulu, aset itu ya barang fisik: gedung, kendaraan, peralatan dan perlengkapan kantor. Tapi di era modern ada aset non-fisik, yang biasanya disebut aset non-tangible. Misalnya seperti Facebook, aset nya mereka ya jumlah user.

Hubungan aset dengan nilai.

Nah disinilah mulai seru. Karena si Mas ngotot istrinya itu memiliki value, sementara para netizen ngeributin nilai. Pada dasarnya, kalau kita pake google translate, value = nilai. Tapi memang value sering dianggap sebagai nilai non finansial, beda dengan rate atau price yang dianggap sebagai nilai finansial.

Sayangnya, si Mas sepertinya kurang paham dunia per-setarap-an. Di industri startup, perusahaan dinilai berdasarkan value untuk memperhitungkan berapa besar investasi yang akan dikasih atau akan dijual seberapa mahal. Soooo….pada akhirnya, value akan dikonversi menjadi besaran duit juga.

Hmm…jadi ini mungkin maksudnya si Mas kalau dia membayar value istrinya itu dengan besaran mas kawin.

Tapi mari kembali ke valuasi aset. Pada dasarnya, value setinggi langit pun tidak ada nilainya sama sekali (baik finansial maupun non-finansial) apabila tidak ada yang bersedia menggantinya dengan uang. Nah, si Mas bilang istrinya itu seperti saham, sekarang kalau saham yang kita beli Rp.100 nilainya sudah jadi Rp.1.000.000, tapi nggak kita jual, lalu apa yang kita dapatkan?

Pertama, saham itu nggak akan memberikan keuntungan finansial apapun. Dan jelas juga tidak ada keuntungan non-finansial apapun. Bangga doank kali ya, horeee saham gw mahal lho sekarang. Lo kira naikkin level karakter game keles.

Kedua, saya rasa ini sebenarnya adalah penghinaan buat istri si Mas, dan mungkin si Mas layak tidur di sofa selama sebulan buat ini. Kenapa? karena aset apapun, apakah itu saham, tanah, rumah, logam mulia, mata uang asing, dibeli pada saat harganya rendah. Terus, ditunggu deh sampe naik. Begitu harga naik, jual. Harga turun, ya jual juga lah.

Artinya, si Mas seperti bilang, dulu dia beli istrinya pas value nya sedang murah.  Waduh, coba istrinya nunggu dulu berapa lama gitu ya sebelum ijab-kabul, harusnya value nya udah naik dan mas kawinnya juga bisa dapet lebih banyak.

Terus gimana kalau value nya turun karena kebanyakan sebar foto seksi?

Salah paham di investasi adalah value aset akan selalu naik. No no no. Banyak lho aset yang value nya mandek bahkan terjun bebas. Contoh, kalau dalam kasus perumahan nih, kalau sampe si perumahan ini value nya mandek, si developer properti akan melakukan apa yang namanya “goreng aset”. Ini artinya menaikkan value aset dengan membangun infrastruktur, menambah jumlah okupansi, iklan, open house, dan lain sebagainya.

So, si Mas sebagai pemilik aset, sebenarnya bertanggung jawab menggoreng si aset supaya semakin wah buat orang lain. Karena setelah valuenya naik, ya aset dijual donk untuk dapet profit. Wkwkwkwk, makin jauh ya dari maksudnya si Mas.

Tapi nggak mungkin kan si Mas jual istrinya?

Aset juga ada kok yang memang dikuasai bukan untuk dijual. Misalnya peralatan dan perlengkapan kantor. Aset yang hanya punya niai kegunaan tapi tidak memiliki nilai investasi seperti ini, akan dikenakan beban depresiasi.

Depresiasi adalah masa kegunaan aset tersebut. Contoh, printer seharga 3 juta dengan depresiasi 3 tahun, artinya nilainya berkurang 1 juta/tahun, Setelah 3 tahun nilainya menjadi 0, dan di titik ini biasanya langsung dilembiru untuk beli aset penggantinya.

Nah, karena si Mas pastinya donk nggak bermaksud menggoreng dan menjual istrinya, jadi seharusnya istrinya dianggap hanya memiliki nilai guna dan tidak memiliki nilai investasi. Artinya, istrinya si Mas makin lama value nya bukan naik (walaupun dijaga setengah mati sama suaminya sampe rela memulai twitwor) melainkan akan terus menurun.

Nah, jadi apa yang akan terjadi kalau nilai istrinya si Mas sudah 0 berdasarkan depresiasi? Banyak netizen yang mempertanyakan, apa istrinya meninggal, dicerai atau dipoligami.

Astaghfirullahalazim. Jahat ya netizen.

Tapi ya memang begitulah kalau pacar/laki-laki/perempuan/suami/istri dianggap sebagai aset. Harus ditentukan dari awal, mau digoreng atau didepresiasi?. Lalu kalau nilai sudah max atau justru jadi 0, mau diapain nih aset?.

Banyak yang bertanya, kenapa pegawai dianggap sebagai aset oleh perusahaan?. Jangan salah paham, aset nya bukanlah manusia nya, tapi apa yang manusia itu bisa lakukan supaya perusahaan bisa mendapatkan uang dengan memanfaatkan kemampuan manusia itu. Timbal baliknya juga langsung kan, perusahaan memberikan gaji setara dengan valuasi kemampuan manusia itu.

Ya, inilah pendapat saya mengenai pasangan dan investasi. Semakin dipikir, quote “carilah pasangan yang merupakan investasi yang bagus” itu ya sebenarnya bisa pas-pas aja, asal pasangan kita jangan disebut sebagai “aset” apalagi disamakan dengan “saham”. Toh investasi sendiri bentuknya banyak, masa tua nyaman tentram juga bisa jadi salah satunya.

Kalau kamu gimana?