Choco Bank, 2 hours of sweetness to ease your mind
Short story, my sister insist that I have to watch this webdrama titled Choco Bank. Filmnya super ringan dan membuat angan-angan melambung tinggi. Hahaha. baca terus ya review saya.
Hurray! So, I just finished watching my first web drama! Apa itu web drama? Web drama adalah film serial pendek yang hanya dapat ditonton di website tertentu. Sepeti juga webtoon (web cartoon atau komik internet), web drama durasinya pendek dan episode nya sedikit. Di Korea Selatan, web drama adalah cara yang umum digunakan untuk mempromosikan para member boyband atau girlband yang berencana memasuki ranah akting. Apabila tanggapannya bagus, baru mereka diarahkan untuk mengambil peran di film serial televisi.
Chocobank, yang saya tonton walau setelah setengah dipaksa, adalah cerita romance ringan tentang seorang gadis yang bermimpi mempunyai bisnis cafe coklat dan menolak menyerah walaupun cafenya tidak laku, dan seorang pemuda yang bermimpi menjadi financial advisor tetapi tidak berani menjalani mimpinya karena ibunya menginginkannya bekerja di bank. Total panjang Chocobank hanya sekitar 1,5jam, dibagi menjadi 6 episode masing-masing 10-15menit.
Jadi bagaimana pendapat saya tentang webdrama pertama saya?
Mari bicara jeleknya dulu saja. Bintang utama dari ChocoBank, Kai, sering didapuk sebagai pemilik salah satu tubuh terindah di EXO, and he has super sexy signature dance moves.
Enjoy… 😛
Dia jelas adalah contoh dari tubuh ideal pria Korea Selatan, tinggi, kurus, dan sangat bagus dalam balutan kemeja dan jas. Tapi ya nggak berarti dia harus terus-terusan pakai kemeja, jas dan coat juga di sepanjang film yang setting ceritanya berjalan kira-kira selama 2 bulan. How I wish dia berganti pakaian dengan t-shirt, jogger dan sandal, paling ga pas adegan di rumah gitu… ternyata nggak donk, tetep nge-jas! Well, mungkin drama Korea sudah mulai ikutan aturan sinetron Indonesia yang artisnya pada tidur malam dengan full makeup dan bulu mata palsu.
Dan sebagai fangirl-nya Kai, dengan berat hati saya harus mengakui kalau akting Kai tidak terlalu bagus. Dalam beberapa adegan saya merasa “oh ok, he can act” tapi dalam adegan lain saya pengen langsung ke lokasi syuting, merebut toa sutradara dan menjerit “MANA EKSPRESINYAAAAA???” Hmm, too much botox perhaps, I don’t think I’ve seen those eyebrows moves even once during the whole film. Mungkin kalau di Hollywood, kelempengan yang sama dihadirkan oleh Mas Keanu “Nunu” Reeves. Parahnya kelempengan ini makin kentara karena akting para aktris di film ini bisa dibilang sangat bagus dan natural.
Mana ekspresinyaaaaa…
Mari lanjut ke aspek positifnya.
Buat para pecinta fashion formal pria, khususnya jas dan coat, film ini jelas akan menjadi eyecandy buat kalian. Begitu banyak kemeja, dasi, jas, coat dan sepatu kulit yang didesain sangat sempurna. Dan yang saya maksud sempurna adalah desain yang sangat pas di tubuh tanpa kerutan sedikitpun. Saya aja ngiler ngelihatnya. Dan busana yang sangat pas ditubuh itulah salah satu hal yang paling bikin saya ingin liburan ke korea lagi, sebuah tempat dimana semua orang begitu well dressed sehingga membuat saya merasa seperti gembel.
Kesempurnaan adalah jas, rompi, dasi dan kemeja tanpa kerut serta belahan rambut super lurus dan sisirannya sama besar
Selain itu saya merasa film ini bagus karena menekankan pada aspek bisnis. Berapa banyak orang yang memulai bisnis dengan pemikiran seperti Ha Cho-co, si karakter utama perempuan, yang memulai bisnis cafe coklat hanya karena dia suka, berpikiran bahwa yang paling penting adalah membuat produk yang bagus, dan konsumen akan datang sendiri. Pada kenyataannya, pada saat ia melakukan promosi dengan membagi-bagi coklat gratis, tidak ada satu orangpun yang menerimanya. Reality hurts.
Di sisi lain karakter Kim Eun-haeng, si karakter utama pria, memiliki keahlian utama di bidang otomasi dan digital finance transactions. Film ini dengan jelas menunjukkan kemajuan Korea Selatan dalam bidang fintech (finance technology). Eun-haeng diperlihatkan membimbing para kliennya untuk menggunakan gadgetnya untuk membayar menggunakan kredit aplikasi mobile atau pulsa, berbelanja, berinvestasi, mengatur asuransi, mengakses rekening tabungan dan mengatur pembayaran tagihan rutin semuanya menggunakan handphone. Saya rasa Indonesia sudah menuju kesana, tapi sayangnya masih banyak Bank yang belum siap.
Pada saat saya memulai Petshopbox Studio 10 tahun lalu, orang-orang banyak yang memuji langkah saya yang memiliki gelar desainer grafis. Memulai bisnis dari hobi katanya. Padahal setelah Petshopbox Studio berjalan, saya tidak lagi pernah mendesain. Saya bahkan tidak lagi menikmati mendesain. Saya malah menemukan keasyikan tersendiri dalam bidang manajemen strategi, marketing dan analitiks. Saya belajar untuk selalu waspada, di era serba cepat ini bisnis tidak akan bertahan tanpa strategi yang berkesinambungan, tentu saja tanpa marketing yang tepat, bisnis akan jalan di tempat.
Dan salah satu caranya adalah dengan otomasi transaksi finance. Saya adalah penggemar salah satu bank karena mereka mempunya sistem branchless banking and e-banking yang sangat bagus. Dengan sistem mereka, saya bisa menyelesaikan seluruh transaksi tanpa harus meninggalkan komputer saya. Walaupun belakangan saya cenderung mengandalkan sistem keuangan uang tunai, tetapi saya merasa aman dengan menggunakan bank yang memiliki sistem e-banking yang dapat diandalkan sewaktu-waktu dibutuhkan.
Karena itulah tema film ini cukup menarik buat saya.
Oh well. Mari jangan lupa kalau ini adalah film drama romantis untuk kalangan remaja. Pada dasarnya yang perlu kita lakukan hanya siapkan snack, sit back, relax, and enjoy the story. Selamat menonton.
Tonton Choco Bank disini dan please tell me what you think about it. Cheers.