Old posts

Hati-hati Jebakan Filter Bubble Di Masa Bergejolak

Unfollow dan unfriend di social media memang membuat hati tenang. Tapi ternyata akhirnya saya terjebak dalam filter bubble.

Setuju nggak kalau sekarang di Indonesia sedang masa bergejolak?. Saya pribadi sih merasanya begitu. Isu-isu, hoax-hoax dan black campaign bertebaran dimana-mana, apalagi temanya sekarang sangat sensitif: SARA (Sex, Agama dan Ras), yang gampang banget bikin orang yang bahkan paling sabar dan netral pun kesulut sumbunya.

Memanfaatkan isu yang sensitif, Netizen yang sumbunya pendek dan kemudahan menyebarkan isu/hoax/provokasi hanya dengan pencet enter, tidak aneh kalau keributan di Social media lebih masif dan terasa impactnya dibandingkan dunia nyata. Siapa diantara manteman yang sudah unfollow, unfriend atau malah block beberapa (mantan) teman di Social media karena nggak tahan lagi dengan status-status mereka?

Nggak usah segan untuk mengakui kalau manteman melakukan itu. Karena saya juga salah satu yang melakukannya.

Dalam situasi seperti ini, kegiatan unfollow, unfriend atau block adalah perilaku yang sangat wajar. Karena siapapun mengakui kebenaran quote ini:

image

Karena pasti kita semua tidak ingin ketahuan meng-unfriend atau nge-block teman facebook kita

image

Walaupun sebenarnya, kita merasa sangat lega tidak harus membaca lagi status-statusnya.

image

Percaya atau nggak, di USA pun sedang terjadi gejolak yang mirip, tapi temanya adalah suporter Trump vs. suporter Hillary. Hal yang sama juga terjadi dengan di Indonesia, orang-orang saling mengunfollow, unfriend dan block di Social media.

Untungnya, ada beberapa media yang langsung menulis artikel yang memperingatkan kita tentang sisi buruk dari kegiatan unfollow, unfriend dan block ini. Yaitu sesuatu yang dinamakan filter bubble.

Apa itu filter bubble?

image

Filter bubble adalah kondisi dimana kita memfilter orang-orang dan hal-hal yang tidak kita sukai, tidak kita setujui pandangannya atau berada di pihak yang berlawanan dengan kita. Dengan melakukan filter, kita akan dikelilingi oleh orang-orang yang pandangannya mirip atau berada di pihak yang sama dengan kita.

Selanjutnya, filter bubble akan menyebabkan kita mengalami information bubble, sebuah kondisi dimana kita hanya mendapatkan informasi tentang hal yang kita sukai, ada di pihak kita dan kita setujui pandangannya. 

Gabungan filter bubble dan information bubble, akan memberi ilusi bahwa pandangan kita adalah pandangan mayoritas, benar dan lebih unggul. Ilusi ini ditimbulkan karena mayoritas teman di kita di social media menyetujui hal yang sama. Membuat kita melupakan kalau kita sudah mengeliminasi mayoritas orang yang pendapatnya tidak sejalan dengan kita.

Dalam jangka panjang, tentu hal ini bisa menyebabkan kita menjadi kekurangan informasi yang seimbang, mempersempit pikiran dan kesulitan untuk mengkaji suatu hal dari berbagai sudut pandang.

image

Nah, jadi bagaimana supaya kita tidak terjebak dalam filter bubble atau information bubble?. Cara paling ideal pastinya adalah dengan tidak meng-unfollow, unfriend atau block siapapun di social media. Termasuk mereka-mereka yang statusnya sangat-sangat menyebalkan. 

Tapi, susah sekali khan?. Salah-salah malah kita yang jadi stres berat. Mungkin beberapa ide bisa dicoba:

Kurangi membaca berita di aplikasi berita digital

Masalah utama dari kebanyakan aplikasi berita digital adalah mereka menggunakan algoritma yang mengkalkulasi berita-berita yang kita sudah pernah baca untuk memperkirakan minat kita. Selanjutnya mereka akan lebih banyak memunculkan berita yang sesuai minat kita saja. Baiknya pilih aplikasi berita digital yang bisa diatur berdasarkan kronologis kemunculan berita agar kita bisa mengikuti kronologis sebuah berita dengan lebih jelas.

Skip melihat bagian social media yang tidak perlu

Smartphone yang umum kita gunakan sekarang sangat memungkinkan bagi kita untuk membuat shortcut langsung ke bagian social media yang tenang dan mungkin lebih berguna bagi kita. Saya sendiri sudah lama meng-unsinstall aplikasi facebook di iPhone saya. Tapi saya membuat shortcut yang langsung menuju ke halaman home saya di Facebook dan shortcut yang langsung menuju daftar groups. Dengan melakukan itu, saya masih memungkinkan beberapa teman yang tidak setuju dengan status saya untuk memberi komentar, tapi saya mengurangi kemungkinan tergoda browsing-browsing di timeline, lalu berakhir marah-marah sendiri lagi karena beberapa status.

Gunakan Social Media activation management app

Apabila ingin lebih tenang lagi, kita bisa menggunakan aplikasi aktivasi social media yang umumnya lebih sering digunakan untuk menjadwalkan status social media, misalnya Buffer, Hootsuite atau Tweetdeck. Aplikasi-aplikasi ini cenderung membuat kita merasa tidak nyaman dan otomatis mengurangi frekuensi browsing di timeline, karena fokusnya adalah di penjadwalan status. Jangan lupa untuk mengaktifkan notifikasi apabila ada yang memberi komentar, mereply atau membagikan status kita. Karena biar bagaimanapun, kita sebaiknya tetap membalasnya.

Mulai lagi berlangganan media cetak

Ini mungkin adalah opsi paling mahal, tidak ramah lingkungan dan tidak praktis di artikel ini. Akan tetapi dengan berlangganan media cetak, kita cenderung akan membaca semua berita yang ada disana, suka maupun tidak, karena kita sudah mengeluarkan uang untuk membelinya. Apabila dilakukan secara teratur, selain mengetahui perkembangan berita dengan kronologis yang teratur dan juga mengetahui berbagai berita dari berbagai sudut pandang. Jangan lupa pilih media yang cenderung netral, karena apabila kita memilih media yang tidak netral, justru dapat menjerumuskan kita kembali ke information bubble.

Apa manteman kini mulai merasa berada di filter bubble atau information bubble? Cerita-cerita di komentar di bawah ini ya.


by Sissy CEO di Petshopbox Studio yang baru saja membuat keputusan yang membuat sedih. Tapi berusaha tetap optimis karena sebentar lagi masuk tahun baru 2017. Follow Sissy di Twitter dan Instagram dan blog berisi artikel-artikel seputar lifestyle entrepreneur mom.


Baca juga:


Disclaimer: Artikel ini tidak disponsori oleh pihak manapun. Penulis tidak menerima permintaan, penawaran, bayaran atau service/jasa yang brand nya direview didalam artikel ini. Seluruh isi artikel ini adalah pendapat pribadi penulis.