Old posts

Inilah Kenapa Kamu Harus Nonton Train To Busan (Review)

Boleh benci K-drama, tapi kalau kamu ngelewatin film yang satu ini, ditanggung menyesal.

Saya cukup suka k-drama. Hubby, not so much. Pada saat saya ajak nonton Train To Busan pertama kali, dia juga kurang antusias. Entah kenapa sekitar seminggu kemudian, dia sama semangatnya dengan saya untuk nonton film ini.

Ternyata dia membaca salah satu review di internet, yang ditulis oleh orang bule, yang menyatakan kalau film ini bagus banget. Ditambah juga kenyataan kalau Train To Busan ini adalah film dengan penghasilan tertinggi di Korea Selatan pada saat artikel ini saya tulis.

Penasaran khan?

Ga usah panjang-panjang. Kita mulai dari review aja ya (warning: spoiler alert)

Seok Woo (Gong Yoo) adalah single father dari anak perempuannya Soo An (Kim Soo An). Tipikal white collar Korsel, Seok Woo bekerja setiap hari pagi sampai tengah malam, kurang memberi perhatian pada Soo An, dan setelah mengecewakan Soo An di hari ulang tahunnya akhirnya memutuskan untuk mengabulkan keinginan Soo An untuk pergi ke Busan mengunjungi ibunya (mantan istrinya). Ternyata terjadi kasus infeksi zombie yang menyebar dengan sangat cepat. Celakanya salah satu korban yang terinfeksi menyelamatkan diri dengan masuk kedalam kereta tepat sebelum pintu kereta ditutup.

Dan ini kenapa film Train To Busan wajib dimasukkan kedalam daftar wajib tonton:

image

Film nya tegang banget

Namanya film thriller-horor pasti lah tegang. Dan walau saya tipe yang kagetan, tapi jarang banget sampe bereaksi seperti waktu nonton Train To Busan. Saking tegangnya sampe saya ga sadar ngomong sendiri “awas belakang”, “aduh-aduh cepetan donk, keburu keluar terowongan nih” “lempar handphone lempar handphone” dll dsb dst. Hahaha. Cocok banget buat pecinta ketegangan.

Zombie nya enak dilihat

Nggak deng, saya bo’ong. Mana ada zombie enak dilihat. Hehehe. Tapi kalau dibanding sama zombie nya The Walking Dead, yang udah busuk meleleh sobek-sobek buntung-buntung brinyitan nggak jelas, zombie versi Train To Busan jelas sangat cantik dan ganteng. Penjelasan logisnya adalah karena mereka masih baru banget jadi zombie, kurang dari 2 jam (perjalanan kereta Seoul-Busan cuma 2 jam aja). Intinya sih ini film nggak akan bikin kita nggak selera makan. Monggo lho dihabisin pop corn nya.

image

Porsi drama nya pas

Satu hal yang saya kurang suka dari drama atau film Korea itu adalah porsi dramanya yang sangat menghajar jiwa. Nah, buat orang yang kalo ke bioskop full makeup macam saya, bukannya menghayati dan ikutan nangis bareng orang-orang sebioskop, yang ada saya malah kepikiran apa eyeliner & mascara saya meleleh atau nggak kena air mata. Train To Busan ini buat saya dramanya pas porsinya. Trenyuh iya, sampe nangis nggak. Dikit deng, berkaca-kaca aja. Yang bikin saya trenyuh lebih karena …

Love Love Love

Film Korea belum afdol kalau belum ada cinta-cintaan. Cinta keluarga dan teman adalah topik yang paling umum. Nah, kalo ngomongin film zombie, pasti juga ada pengorbanan, alias pasti ada karakter yang memutuskan bunuh diri supaya yang lain selamat. Di Train To Busan juga ada donk plot seperti ini. Bahkan karakter yang paling egois pun, pada akhirnya ternyata berusaha survive, atau berkorban, demi orang yang disayangi. Mau diceritain tapi nanti spoilernya kebanyakan. Jadi nonton sendiri aja deh ya.

Gimana manteman udah tertarik nonton Train To Busan belum? Apa… belum? ih sini deh yuk komen-komen biar saya bisa bisa yakinin untuk nonton. Saya nggak dibayar lho, just a very satisfied audience. Tapi kalau ada yang mau endorse saya buat review film selanjutnya boleh banget juga sih, nggak nolak. hahaha. Komen-komen ya manteman.


by Sissy • a geek with a brain full of creative thoughts who loves tea, chihuahua, pop-punk music, doodling and writing. Follow on Instagram & Twitter and read her more serious blog.

Artikel ini didukung oleh Petshopbox Studio, one-stop creative solution for startup, brand & agency. You have a strategy, we have creativity to make it come true.